Lelah berjalan jauh Si Kancil memutuskan beristirahat di sebuah
dangau yang berada di tengah rimbunan kebun ketimun. Hari ini senja
hari terakhir tahun 2011, besok adalah tahun 2012. Si Kancil duduk
termenung memikirkan perjalanannya kali ini menuju Hutan Palbapang yang
konon kabarnya lebih subur dibanding Hutan Pegunungan Kapur Selarong
yang selama ini ditinggalinya.
Ketika dilihatnya betapa suburnya tanaman ketimun di kebun ini, maka
terbitlah harapan Si Kancil akan kebenaran kabar itu. Jarak Hutan
Palbapang tidak seberapa jauh lagi, dus berarti kesuburan tanahnya tidak
akan jauh beda dengan kebun ini. Mudah-mudahan dirinya tidak lagi
kesulitan mencari makanan seperti yang dialaminya di Pegunungan Kapur
yang kurang subur.
Mentari telah hilang di cakrawala dan malam mulai menggeser hadirnya
senja, ketika Si Kancil memutuskan untuk bermalam di kebun ketimun
sebelum melanjutkan perjalanan. Sambil matanya kriyip-kriyip menjelang
tidur diamatinya kebun timun ini. Puluhan buah ketimun segar tampak
bergelantungan di batang-batang tanaman. Tanaman ketimun berjajar rapi
bak sedang berbaris pertanda kebun ini ditanam dengan teliti oleh
pemiliknya.
Daun-daun kering berserakan di dasar kebun menunjukkan saat ini
sedang musim kering sehingga onggokan daun kering yang rontok dari
pohon-pohon sekitarnya menggunduk di kebun ketimun. Dilihatnya ada
sosok tubuh orang-orangan yang diberi baju dan topi, tentu boneka ini
untuk menakut-nakuti hama pengganggu ketimun.
Si Kancil mengamati orang-orangan tersebut. Boneka kayu itu terkesan
dibuat asal-asalan.Bajunya sobek-sobek dan topinya juga sudah bolong
besar di belakangnya. “Tapi mungkin sudah cukup untuk menakut-nakuti
para pencuri” pikir Si Kancil. Maka Si Kancil memutuskan untuk tidur
sambil sesekali melirik orang-orangan yang menggelikan itu.
++ —-++
“Duaaaaaarrrrrrr……..” terdengar bunyi memekakkan telinga di tengah
malam. Serentetan letusan kembang api nampak bersinar terang di angkasa.
Si Kancil kaget dan terbangun sampai melompat dari pembaringannya.
Dikucek-kucek matanya sebelum akhirnya dirinya menyadari ada pesta
kembang api menyambut tahun baru di desa sebelah. Luncuran-luncuiran
bunga api nampak merona merah di langit malam yang hitam kelam. Rupanya
saat ini sudah lewat jam dua belas malam tanda pergantian tahun. Duh Si
Kancil duduk sejenak sambil meraba dadanya yang berdebar kencang saking
kagetnya.
Baru saja Si Kancil berhasil menenangkan diri, tiba-tiba terlihat
satu kembang api nyasar meluncur menuju kebun itu. Si Kancil kaget
setengah mati melihat kembang api itu nyangkut di tubuh orang-orangan.
Dengan pijar apinya yang terang benderang itu maka sebentar lagi
orang-orangan itu akan terbakar. Jika dia terbakar maka daun-daun kering
di dasar kebun akan ikut terbakar. Itu artinya kebun ketimun ini akan
musnah dimakan api.
Si Kancil buru-buru mematahkan ranting pohon nangka yang penuh
daun-daunan untuk digunakan memadamkan api. Dia lari mendekati
orang-orangan itu dan memukuli api yang sedang menyala dengan ranting
penuh daun tersebut hingga akhirnya berhasil dipadamkan. Betapa lega
hatinya. Dirinya berhasil mencegah rusaknya tanaman ketimun.
Kemudian Si Kancil mencoba menyentuh orang-orangan itu untuk
memastikan sudah tidak ada nyala api lagi. Tapi sial. Tangannya justru
melekat pada orang-orangan. Saat dia mencoba menggunakan tangan yang
satru lagi, malahan tangan itu ikut juga melekat. Saat Si Kancil mencoba
mendorong orang-orangan dengan kepalanya untuk membantu melepaskan
kedua tangannya, justru kepalanya ikut melekat di orang-orangan sawah.
Sadarlah Si Kancil bahwa tujuan orang-orangan ini bukan untuk
menakut-nakuti hama tetapi untuk menjebak mereka dengan melumuri
orang-orangan dengan lem UHU yang sangat lengket. Jadilah Si Kancil
semalaman harus melekat pada tubun orang-orangan itu — sampai keesokan
harinya ditemukan oleh Pak Tani.
++—++
Sia-sia saja Kancil mencoba menjelaskan apa yang telah terjadi. Pak
Tani tidak percaya sama sekali. Dia bukannya berterimakasih tetapi
malahan menuduh Kancil hendak mencuri ketimunnya. Pak Tani bahkan telah
menetapkan hukuman untuk Kancil, yaitu dijadikan Sate Kancil nanti
malam. Sebelum dibuat sate, Kancil dimasukkan di kurungan ayam di
halaman rumah.
Untunglah Anjing Gembala milik Pak Tani mau mempercayai cerita Kancil
dan bersedia membantu membebaskan Kancil dari hukuman. Maka Kancil
yang terkenal panjang akal ini bertekad menukar kebebasannya dengan ide
yang bermanfaat bagi Pak Tani. “Pastilah Pak Tani tertarik dengan
ide-ide baru untuk memperbaiki tanah pertaniannya” kata Kancil dalam
hati.
“Coba tawarkan pada Pak Tani, aku punya cara gampang untuk
mengamankan kebun ketimunnya. Aku akan memberitahukan cara itu dengan
syarat aku dibebaskan” kata Kancil pada Anjing Gembala.
Si Anjing Gembala dengan senang hati datang kepada Pak Tani
menyampaikan tawaran Kancil. Dalam pikirannya ide Kancil itu akan
bermanfaat juga bagi dirinya, karena selama ini Pak Tani terkadang
memaksa dirinya berjaga di kebun ketimun di malam hari. Sementara siang
harinya dirinya telah lelah mengawal kawanan domba milik Pak Tani yang
merumput di pinggir hutan.
Pak Tani tidak langsung menyetujui tawaran Kancil. Namun Si Anjing
Gembala tahu persis istri Pak Tani suka meminta berkali-kali sebelum
akhirnya permintaannya dikabulkan. Jadi dia ingin meniru cara istri Pak
Tani. Tanpa mengenal lelah Anjing Gembala bolak-balik mendatangi Pak
Tani. Dia juga membumbui tawaran Kancil dengan aneka manfaat yang akan
diperoleh Pak Tani bila mengikuti saran-saran itu. Akhirnya Pak Tani
luluh juga dan mau bertemu Kancil walaupun disertai dengan sedikit
ancaman.
“Awas kalo dia menipu aku, langsung aku buat sate siang ini juga!” ujar Pak Tani
Setelah Pak Tani mendatangi dirinya, Kancil mulai menguraikan idenya
untuk melindungi kebun ketimun dari serangan hama binatang. Kancil
melihat ada sungai kecil di dekat kebun ketimun. Pak Tani disarankan
membuat parit yang agak dalam di sekeliling kebun, dan membuat jembatan
dari kayu yang bisa diangkat di malam hari agar tidak ada binatang yang
bisa menyeberangi parit itu.
Pak Tani tersenyum mendengar ide sederhana itu. Sesuatu yang
sederhana dan mudah dilakukan tetapi selama ini tidak pernah terpikirkan
oleh dirinya. Jika dia membuat dinding parit itu tegak lurus, maka tak
akan ada binatang hama yang bisa menyeberang sekalipun hewan itu bisa
berenang karena binatang itu akan kesulitan memanjat dinding parit yang
tegak lurus. “Ide yang sederhana namun cemerlang” pikir Pak Tani.
Maka siang itu Pak Tani melepaskan Kancil dari kandangnya. Dia
bahkan memberi bekal satu karung ketimun pada Kancil untuk persediaan
makanan Kancil selama perjalanan menuju Hutan Palbapang. Kancil
melanjutkan perjalanan setelah mengucapkan terimakasih atas bantuan
Anjing Gembala yang telah membantunya lepas dari hukuman Pak Tani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar