Selasa, 23 Oktober 2012

Cerita Si Kancil Mencuri Timun

Lelah berjalan jauh Si Kancil memutuskan beristirahat di sebuah dangau yang berada di tengah rimbunan kebun ketimun.  Hari ini senja  hari terakhir tahun 2011, besok adalah tahun 2012. Si Kancil duduk termenung memikirkan perjalanannya kali ini menuju Hutan Palbapang yang konon kabarnya lebih subur dibanding Hutan Pegunungan Kapur Selarong yang selama ini ditinggalinya.

Ketika dilihatnya betapa suburnya tanaman ketimun di kebun ini, maka terbitlah harapan Si Kancil akan kebenaran kabar itu. Jarak Hutan Palbapang tidak seberapa jauh lagi, dus berarti kesuburan tanahnya tidak akan jauh beda dengan kebun ini. Mudah-mudahan dirinya tidak lagi kesulitan mencari makanan seperti yang dialaminya di Pegunungan Kapur  yang kurang subur.
Mentari telah hilang di cakrawala dan malam mulai menggeser hadirnya senja, ketika Si Kancil memutuskan untuk bermalam di kebun ketimun sebelum melanjutkan perjalanan. Sambil matanya kriyip-kriyip menjelang tidur diamatinya kebun timun ini. Puluhan buah ketimun segar tampak bergelantungan di batang-batang tanaman. Tanaman ketimun berjajar rapi bak sedang berbaris pertanda kebun ini ditanam dengan teliti oleh pemiliknya.
Daun-daun kering berserakan di dasar kebun menunjukkan saat ini sedang musim kering sehingga onggokan daun kering yang rontok dari pohon-pohon sekitarnya menggunduk di kebun ketimun.  Dilihatnya ada sosok tubuh orang-orangan yang diberi baju dan topi, tentu boneka  ini untuk menakut-nakuti hama pengganggu ketimun.
Si Kancil mengamati orang-orangan tersebut. Boneka kayu itu terkesan dibuat asal-asalan.Bajunya sobek-sobek dan topinya juga sudah bolong besar di belakangnya. “Tapi mungkin sudah cukup untuk menakut-nakuti para pencuri”  pikir Si Kancil. Maka Si Kancil memutuskan untuk tidur sambil sesekali melirik orang-orangan yang menggelikan itu.
++ —-++
“Duaaaaaarrrrrrr……..” terdengar bunyi memekakkan telinga di tengah malam. Serentetan letusan kembang api nampak bersinar terang di angkasa. Si Kancil kaget dan terbangun sampai melompat dari pembaringannya.
Dikucek-kucek matanya sebelum akhirnya dirinya menyadari ada pesta kembang api menyambut tahun baru di desa  sebelah. Luncuran-luncuiran bunga api nampak merona merah di langit malam yang hitam kelam. Rupanya saat ini sudah lewat jam dua belas malam tanda pergantian tahun. Duh Si Kancil duduk sejenak sambil meraba dadanya yang berdebar kencang saking kagetnya.
Baru saja Si Kancil berhasil menenangkan diri, tiba-tiba terlihat satu kembang api nyasar meluncur menuju kebun itu. Si Kancil kaget setengah mati melihat kembang api itu nyangkut di tubuh orang-orangan. Dengan pijar apinya yang terang benderang itu maka sebentar lagi orang-orangan itu akan terbakar. Jika dia terbakar maka daun-daun kering di dasar kebun akan ikut terbakar. Itu artinya kebun ketimun ini akan musnah dimakan api.
Si Kancil buru-buru mematahkan ranting pohon nangka yang penuh daun-daunan untuk digunakan memadamkan api. Dia lari mendekati orang-orangan itu dan memukuli api yang sedang menyala dengan ranting penuh daun tersebut hingga akhirnya berhasil dipadamkan. Betapa lega hatinya. Dirinya berhasil mencegah rusaknya tanaman ketimun.
Kemudian Si Kancil mencoba menyentuh orang-orangan itu untuk memastikan sudah tidak ada nyala api lagi. Tapi sial. Tangannya justru melekat pada orang-orangan.  Saat dia mencoba menggunakan tangan yang satru lagi, malahan tangan itu ikut juga melekat. Saat Si Kancil mencoba mendorong orang-orangan dengan kepalanya untuk membantu melepaskan kedua tangannya,  justru kepalanya ikut melekat di orang-orangan sawah.
Sadarlah Si Kancil bahwa tujuan orang-orangan ini bukan untuk menakut-nakuti hama tetapi untuk menjebak mereka dengan melumuri orang-orangan dengan lem UHU yang sangat lengket. Jadilah Si Kancil semalaman harus melekat pada tubun orang-orangan itu — sampai keesokan harinya ditemukan oleh Pak Tani.
++—++
Sia-sia saja  Kancil mencoba menjelaskan apa yang telah terjadi. Pak Tani tidak percaya sama sekali. Dia bukannya berterimakasih tetapi malahan menuduh Kancil hendak mencuri ketimunnya.  Pak Tani bahkan telah menetapkan hukuman untuk Kancil, yaitu dijadikan Sate Kancil nanti malam. Sebelum dibuat sate, Kancil dimasukkan di kurungan ayam di halaman rumah.
Untunglah Anjing Gembala milik Pak Tani mau mempercayai cerita Kancil dan bersedia membantu membebaskan  Kancil dari hukuman. Maka Kancil yang terkenal panjang akal ini bertekad menukar kebebasannya dengan ide yang bermanfaat bagi Pak Tani. “Pastilah Pak Tani tertarik dengan ide-ide baru untuk memperbaiki tanah pertaniannya” kata Kancil dalam hati.
“Coba tawarkan pada Pak Tani, aku punya cara gampang untuk mengamankan kebun ketimunnya. Aku akan memberitahukan cara itu dengan syarat aku dibebaskan” kata Kancil pada Anjing Gembala.
Si Anjing Gembala dengan senang hati datang kepada Pak Tani menyampaikan tawaran Kancil. Dalam pikirannya ide  Kancil itu akan bermanfaat juga bagi dirinya, karena selama ini Pak Tani terkadang memaksa dirinya berjaga di kebun ketimun di malam hari. Sementara siang harinya dirinya telah lelah mengawal kawanan domba milik Pak Tani yang  merumput di pinggir hutan.
Pak Tani tidak langsung menyetujui tawaran  Kancil. Namun Si Anjing Gembala tahu persis istri Pak Tani suka meminta berkali-kali sebelum akhirnya permintaannya dikabulkan.  Jadi dia ingin meniru cara istri Pak Tani. Tanpa mengenal lelah Anjing Gembala bolak-balik mendatangi Pak Tani. Dia juga membumbui  tawaran Kancil dengan aneka manfaat yang akan diperoleh Pak Tani bila mengikuti saran-saran itu. Akhirnya Pak Tani luluh juga dan mau bertemu  Kancil walaupun disertai dengan sedikit ancaman.
“Awas kalo dia menipu aku, langsung aku buat sate siang ini juga!” ujar Pak Tani
Setelah Pak Tani mendatangi dirinya,  Kancil mulai menguraikan idenya untuk melindungi kebun ketimun dari serangan hama binatang.  Kancil melihat ada sungai kecil di dekat kebun ketimun. Pak Tani disarankan membuat parit yang agak dalam di sekeliling kebun, dan membuat jembatan dari kayu yang bisa diangkat di malam hari agar tidak ada binatang yang bisa menyeberangi parit itu.
Pak Tani tersenyum mendengar ide sederhana itu. Sesuatu yang sederhana dan mudah dilakukan tetapi selama ini tidak pernah terpikirkan oleh dirinya. Jika dia membuat dinding parit itu tegak lurus, maka tak akan ada binatang hama yang bisa menyeberang sekalipun hewan itu bisa berenang karena binatang itu akan kesulitan memanjat dinding parit yang tegak lurus. “Ide yang sederhana namun cemerlang”  pikir Pak Tani.
Maka siang itu Pak Tani melepaskan  Kancil dari kandangnya. Dia bahkan memberi bekal satu karung ketimun pada  Kancil untuk persediaan makanan  Kancil selama perjalanan menuju Hutan Palbapang.  Kancil melanjutkan perjalanan setelah mengucapkan terimakasih atas bantuan Anjing Gembala yang telah membantunya lepas dari hukuman Pak Tani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar